- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Bagi sebagian besar orang, di Indonesia khususnya, bisa mengucapkan huruf R dengan jelas adalah sebuah anugerah. Begitu juga aku. Huruf R adalah huruf yang paling kubenci. Kenapa? karena dialah yang membuatku malu untuk bicara. Karena dialah aku paling tidak suka jika guru memintaku membaca paragraf dengan lantang atau membacakan puisi atau membantah argumen saat diskusi kelompok.
Apalagi hanya aku di kelas yang cadel,
tambah-tambah aku menciut. Mungkin aku yang berlebihan, mungkin aku yang
terlalu tidak percaya diri. Insecure,
kata mereka. Mungkin aku yang terlalu overthinking,
menganggap suaraku aneh dan lucu. Lucu dalam konotasi jelek. Yap, aku tidak menyukai suaraku sendiri. Cobalah
rekam suara dan dengarkan, kok suaraku gini amat ya.
Aku
tidak sendiri ternyata, ada banyak orang di dunia ini yang tidak menyukai
suaranya. Aku tahu, suara itu pemberian Allah dan itulah adanya, kok nggak bersyukur banget sih? mungkin ada yang berkomentar seperti itu. Bukan
tidak bersyukur tapi, untuk kami-kami yang cadel atau pelat, yang R nya nyangkut di tenggorokan. Itu adalah hal yang sangat kami idamkan.
Kenapa?
karena orang tidak akan menatap aneh atau menghiraukan. Seakan ada dinding
pemisah saat aku berbicara di depan kelas. Bagi yang tidak paham, sangat enteng
untuk mengejek baik secara verbal atau dengan tatapan. Efek psikologisnya itu
yang tidak orang sadari.
Saat
aku tahu ada orang yang mengejekku secara diam-diam, bagai api besar yang
ditimpa hujan badai, pelan-pelan keberanian itu menyurut, suara yang tadinya
mantap tegas menciut bagai balon kempis. Cukup sekali mereka mengolok tapi, seluruh
masa penting sekolahku menghilang. Tidak ada keberanian bicara saat diskusi
kelompok, takut berekspresi dan tidak ada keinginan untuk tampil di depan
kelas. Masa-masa dimana seharusnya aku mengeksplorasi semuat minat tapi,
tertimbun rasa tidak pantas untuk mendapatkannya.
Butuh
waktu lama untuk aku menyadari ‘tidak apa-apa, tidak ada yang salah dengan
cadel’. Butuh waktu yang sangat lama, untuk aku bisa menerima kekurangan dan
mulai mencari cara untuk memperbaikinya. Memperbaiki kepercayaan diri.
Yang
ingin aku muat di tulisan ini adalah tidak apa-apa tidak sempurna. Mereka yang
terlihat bahagia kayaknya kehidupannya sempurna. Tapi, aku yakin mereka
memiliki masalahnya sendiri. Kekurangan yang hanya mereka tahu. Tidak ada
manusia sempurna di dunia ini.
Tidak
apa-apa cadel. Itu bukan suatu hal mutlak yang tidak bisa dipelajari dan
diperbaiki. Maka dari itu, mulai bulan Oktober tahun lalu. Aku memutuskan untuk
melatih pengucapanku, intonasi, artikulasi, cara berbicara dan khusus untuk kekuranganku,
tanpa sadar aku bicara terlalu cepat, apalagi saat aku terlalu bersemangat.
Masalahnya
saat aku bicara terlalu cepat membuat artikulasiku berantakan. Pas bicara biasa
pun kadang orang suka tidak paham apa yang kukatakan. Jadi, aku mencari tahu penyebab cadel dan bagaimana
memperbaiki supaya aku bisa ucap huruf R dengan lebih jelas. Aku cari video di youtube, membaca artikel,
membeli buku bahkan dan yang paling penting praktek langsung.
Hal
yang kupelajari dari cadelku ini, terima apapun kekurangan dirimu lalu perbaiki
dan temukan kelebihan lalu tingkatkan. Manusia memiliki dua sisi, kelebihan dan
kekurangan. Jangan duduk terus di lobang yang sama hanya karena ada hal yang
berbeda dari kebanyakan orang. Berbeda itu unik, berbeda itu menarik.
Dan
ada hal menarik yang ingin aku sampaikan, aku sudah bisa mengucap huruf R
dengan lebih jelas. Bagaimana bisa? dengan latihan dan doa. Aku yakin Allah
akan membantu orang-orang yang benar-benar berusaha.
Ini
adalah rekaman suaraku saat diberi tugas sekolah. Teks yang kupakai adalah percakapan
tokoh-tokoh dari buku 5 CM karya Donny Dhirgantoro (hal. 361-363):
Kalo kita yakin sama sesuatu, kita cuma harus percaya, terus berusaha bangkit dari
kegagalan, jangan pernah menyerah dan taruh keyakinan itu disini… Biarkan
dia mengambang 5 sentimeter di depan
kening kamu, jadi dia nggak akan pernah
lepas dari mata kamu, dan kamu bawa
mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari,
kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa.
Apapun hambatannya, bilang sama diri
kamu sendiri, kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu
nggak bisa menyerah. Bahwa kamu akan
berdiri lagi setiap kamu jatuh,
bahwa kamu akan mengejarnya sampai
dapat. Dan sehabis itu yang kamu perlu
cuma… cuma kaki yang akan berjalan
lebih jauh dari biasanya, tangan
yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap
lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas.
Lapisan tekad yang seribu
kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa. Dan kamu akan selalu dikenang
sebagai manusia* yang masih punya mimpi dan keyakinan, bukan cuma seonggok
daging yang hanya punya nama. Kamu akan dikenang sebagai manusia* yang percaya pada kekuatan mimpi dan mengejarnya, bukan hanya* pemimpi saja,
bukan manusia* biasa-biasa saja tanpa tujuan, mengikuti arus dan kalah oleh keadaan.
Tapi, manusia* yang selalu percaya
akan keajaiban mimpi, keajaiban cita-cita, dan keajaiban keyakinan manusia yang
tak terkalkulasikan dengan angka berapa pun… Dan kamu nggak perlu bukti apakah mimpi-mimpi itu akan
terwujud nantinya karena kamu hanya harus mempercayainya… percaya pada… 5 sentimeter di depan kening kamu.
Perhatikan
kata-kata yang ku miring dan tebalkan, perhatikan dengan seksama. Huruf R-nya redup dan tidak jelas. Dan perhatikan
tanda bintang (*) di kata-kata manusia
dan hanya, di teks aslinya adalah seorang dan orang tapi aku menggantinya karena aku tidak bisa mengucap
kata-kata itu dengan jelas, yang aku ucap seorang tapi, yang direkam terdengar
jadi seowyang. Aku tidak mau guru
mendengar pengucapanku yang sangat cadel itu maka aku mengubah kata-katanya
sedikit.
Ini adalah rekaman suaraku,
mengikuti teks asli, sekarang saat tulisan ini dibuat tanggal 26 Jan. 21:
Masih
sedikit cadel tapi, jauh lebih baik dari sebelumnya. Aku berlatih mulai bulan Oktober 2020 dan
sekarang akhir Januari 2021. Selain artikulasi, aku juga harus memperbaiki
intonasi dan kecepatan berbicaraku. Hemm, pelan-pelan, sedikit demi sedikit.
Iya,
dalam memperbaiki diri yang paling penting adalah prosesnya maka siapapun yang
membaca ini semoga ada yang kebaikan yang bisa kalian ambil dan jangan
menyerah, terus berlatih, pelan-pelan jangan terburu-buru semua ada waktunya. Aku
mengambil kata-kata guru bela diriku dulu untuk menutup tulisan ini, nikmati rasa sakitnya.
May peace be upon you.
Komentar
Posting Komentar