Gladio Space

Hiruk pikuk suara memenuhi udara tak berbatas. Puluhan manusia mengalir lancar di jalanan bawah sana. Kepala-kepala bermacam rupa mengisi pemandangan mataku. Ah, karena perayaan 17-an lapangan ini jadi ramai sekali , kupercepat langkah menghindar dari semua suara yang memekakkan telinga.             “Baru sampai, Wah?” sapa suara perempuan, teman keciku, Violita. Aku menjawab dengan wajah masam, “Sudah dibilang panggil Yuni, jangan Wah…”.             “Loh kan itu memang namamu, WAH-yuni!” bukan dengan perkataan. Aku membalasnya dengan lemparan bantal sofa tepat dimuka, kami terkekeh bersama. “Nanti sore kita kesana yuk, kayaknya asyik deh!”, ajak Violita ke perayaan 17-an. Sebenarnya aku enggan, harus nyemplung ditengah-tengah keramaian yang bisa kami lihat dari balkon sekarang. Desahan nafas berat keluar begitu saja, jika aku tak suka sesuatu. “Ayolah, kapan lagi mau senang-senang? Lupain dulu sebentar tentang penelitian? hem?” rayunya dengan senyum mata yang dibuat-buat. Tak t

19012018 Tidak, aku tidak meminta lebih Iya, seperti ini cukup Waktu santai, obrolan penuh senyuman Tidak, aku meminta emas dunia Iya, sebatas damai Tenang dan senang Terimakasih 18012018 Menjadi hebat atau tidak Sosok sempurna atau bukan Mencari jalan nyawa Mencari oksigen Tempat batin terus terjaga Tempat aku tak bertanya Untuk apa aku hidup? ---- Menjadi debu Kutunya debu dunia Setitik sepanjang urat Tidak terlihat 21012018 Usia yang bertambah  Atau waktuku yang berkurang Seperti titik-titik air Hanya perlu satu setiap detik Sampai penuh Tidak lama Esok ia akan bertambah lagi Waktuku berkurang lagi 29012018 Tentang aku yang selalu bertanya Mencari arah menemukan jawaban Tentang aku yang tak pernah selesai Bertanya dengan kepala penuh Berbicara dengan suara hampa Tentang aku yang tak pernah berhenti Melupakan jalan mencari tujuan Selalu berdebar tanpa rasa Firasat tanpa kejadian Ah, aku benci